Analisis Dampak Bisnis (Business Impact Analysis) Sebagai Awal Keberhasilan Manajemen Kelangsungan Usaha (Business Continuity Management)

Penulis: Joko H. Wibowo CGP, QCRO, QRGP, CERG Anggota Kompetensi IRMAPA

Analisa Dampak Business (Business Impact Analysis – BIA) adalah salah satu kunci penerapan manajemen kelangsungan Usaha (Business Continuity Management, disingkat BCM) di Organisasi.

Sebelum masa disrupsi,  organisasi melakukan analisa risiko untuk  mengukur dampak dan memperkecil kemungkinan terjadinya disrupsi melalui manajemen risiko dan  mempersiapkan diri untuk  melakukan respons apabila disrupsi terjadi baik secara mendadak (sudden disruption) dan/atau bertahap (gradual disruption) dengan upaya memperkecil dampak  dan mengukur sensitivitas waktu terhadap kelangsungan usaha  melalui penerapan Manajemen Kelangsungan Bisnis.

BCM membantu organisasi semenjak fase awal disrupsi, dalam masa disrupsi dan fase setelah disrupsi (atau fase pemulihan) secara terencana, salah satunya dengan melakukan  analisa dampak bisnis (Business Impact Analysis, disingkat BIA).

Lalu apa yang dimaksud dengan BIA? BIA adalah proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menentukan dampak dari tidak beroperasinya suatu fungsi organisasi karena terjadinya disrupsi.

Idealnya organisasi mempersiapkan diri sebelum terjadi disrupsi, namun  apabila organisasi saat ini telah mengalami disrupsi disebabkan oleh keadaan eksternal maupun internal, organisasi dapat juga melakukan langkah-langkah  dengan cara mengidentifikasikan dampak dan sensitivitas waktu terhadap sasaran organisasi agar kontinuitas kelangsungan usaha tetap berjalan dengan terlebih dahulu menentukan kritikalitas di direktorat/divisi/departemen/unit kerja/fungsi yang dapat berhenti beroperasi akibat disrupsi. Dalam mengidentifikasi dampak, beberapa tahapan yang dapat dilakukan yaitu:

tahapan Business Impact Analysis

  1. Mengidentifikasi dampak dari tidak berjalannya fungsi baik direktorat/division/departemen/ unit kerja/fungsi;
  2. Mengidentifikasi dampak yang timbul pada waktu yang dinyatakan kritis;
  3. Menetapkan parameter pengukuran dampak;
  4. Mengukur besarnya dampak;
  5. Menetapkan MTPD (Maximum Tolerable Period of Disruption) dan RTO (Recovery Time Objective) dari critical direktorat/division/departemen/unit kerja/fungsi.

Dari tahapan-tahapan di atas organisasi dapat mempunyai pemetaan awal  dampak yang timbul dari terhentinya operasi suatu fungsi baik di direktorat/division/departemen/unit kerja yang dibandingkan terhadap sensitivitas waktu (impact of business function inavailability compare with time sensitivity).

Aktifitas selanjutnya, organisasi membuat suatu parameter pengukuran dampak baik yang tangible maupun intangible dan mempertimbangkan serta menetapkan waktu maksimum proses kerja untuk mencegah dampak terhadap terhentinya fungsi kritis  di direktorat/division/departemen/unit kerja baik dari sisi  finansial, operasional, tuntutan hukum, reputasi, dan dampak-dampak lain yang hendak dicegah oleh organisasi.

Dari sekelumit gambaran di atas, dapat dilihat pentingnya BIA bagi penerapan BCM dalam suatu organisasi agar dapat mencegah dampak yang merugikan bagi kontinuitas kelangsungan usaha. Sehubungan dengan pentingnya BIA dalam penerapan BCM, IRMAPA bersama Proxsis Consulting Group meluncurkan Professional Development Program (PDP) BCM Series, di mana dalam salah satu seri pelatihannya secara khusus membahas dan berisikan workshop tentang pelaksanaan BIA.

Adapun PDP didesain untuk menyediakan informasi-informasi penting yang perlu diketahui dan dilakukan oleh para penanggung jawab penerapan BCM organisasi, dengan studi kasus pada seri pelatihan terakhir untuk menginternalisasi pemahaman peserta PDP yang terbangun pada seri-seri pelatihan sebelumnya. Selain itu, PDP juga memberikan keleluasaan bagi para peserta untuk memilih dan hanya mengikuti topik-topik/seri-seri pelatihan yang diminati, serta dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari program sosialisasi dan pengembangan keterampilan seluruh pihak internal organisasi (maupun pihak eksternal yang juga dilibatkan) untuk meningkatkan efektivitas penerapan BCM di lingkungan organisasi masing-masing. Informasi lebih lanjut tentang PDP BCM Series IRMAPA dapat dilihat di https://itgid.org/business-continuity-management-proxsis-irmapa/

Penulis Joko H. Wibowo CGP, QCRO, QRGP, CERG

Anggota Kompetensi IRMAPA/ Kepala Divisi Kepatuhan & Manajemen Risiko Asuransi ASPAN

source: https://itgid.org/analisis-dampak-business/

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Whoops, you're not connected to Mailchimp. You need to enter a valid Mailchimp API key.

Inquiry