Apakah Ada Perbedaan Gaji Tingkat Pendidikan Sarjana, Magister dan Doktor?

Sarjana, magister, doktor, gaji

Ketika anda ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi, terutama bagi kalangan swasta mungkin ada yang beranggapan

“Buat apa sekolah lagi? Di swasta kan yang penting kemampuan dan kompetensinya yang dinilai?”

Kalau masih menerima anggapan demikian, sebaiknya diabaikan saja karena memang masih ada yang berpikiran sempit atau berada dalam lingkup ‘tempurung’, menganggap bahwa titel kependidikan tidak perlu – perlu amat, jauh lebih penting kompetensi.

Berbagai alasan dikemukakan, terutama pada seminar MLM, motivasi, kisah orang sukses baik dari lokal maupun internasional yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Kadang mereka membandingkan dengan salah tokoh yang tidak sarjana tapi bisa menjadi menteri, konglomerat yang tidak pernah menduduki SMP. Atau lebih ekstrim, membandingkan dengan Bill Gates yang tidak pernah lulus Sarjana, tapi bisa menjadi orang terkaya di dunia.

Ya inilah kalau mengambil mentah-mentah pendapat orang lain tanpa melihat fakta keseluruhan. Orang-orang sukses dengan menjadi terkaya sedunia seperti Bill Gates memang langka, ya..hanya dia seorang. Sama juga dengan Mark Zuckenberg (Facebook), Larry Ellison (Oracle) karena memang cuma mereka saja. Jika ingin mengambil kesimpulan harus menyeluruh jangan sepotong, Masih ada ribuan yang berpendidikan tinggi tingkat Doktor tapi sukses juga menjadi pengusaha, dan mapan.

Ambil contoh, pendiri SAS Company James Goodnight – sebuah perusahaan jasa Business Analytic terbesar di dunia – adalah Doktor Ilmu Statistik, seorang programmer, engineer Lulusan North Carolina State University. Memiliki kekayaan sekitar USD 7.5 milyar, atau hampir 100 trilyun rupiah. Kemudian ada Marvell Technology Group, perusahaan semikonduktor yang didirikan orang berkebangsaan Indonesia yaitu Sehat Sutardja dan Pantas Sutardja. Keduanya berpendidikan Doktor Ilmu Komputer dan Teknik Elektronika.

Itu yang tingkat dunia. Di tingkat lokal, ada Dr. Kaharuddin Djenod, ilmuwan kapal yang juga pengusaha sukses dengan perusahaan disain kapal Terafulk Megantara. Kemudian ada Dr. Eko Fajar Nurprasetyo pendiri perusahaan Disain Chipset Versatile Silicon Technologies satu-satunya di Indonesia, terus Dr.Ing. Ilham Habibie, putra Prof. Habibie yang pengusaha Ilthabi Group dan berencana membuat pesawat baru R-80. Mereka sukses sebagai ilmuwan dan juga pengusaha.

Popularitas titel doktor kini juga meningkat di kalangan non akademik seperti bisnis. Ada banyak pejabat pemerintah, direksi BUMN, pebisnis, politisi sampai profesional. Memang di Indonesia, terutama titel seperti S3 atau Doktor juga sedikit banyak mencerminkan status ekonomi yang cukup tinggi, karena biaya pendidikannya cukup mahal dan besar. Dalam banyak hal, penulis juga sering bertemu pendiri atau pimpinan tertinggi perusahaan di Indonesia, sudah umum jika mereka bertitel S2 dan tidak sedikit bergelar S3 atau Doktor. Singkat kata, titel tinggi sudah menjadi merk atau brand yang bisa meningkatkan status sosial atau lingkungan di Indonesia.

Lantas bagaimana pengaruh dalam hal pendapatan?. Nah ini yang menarik. Berdasarkan hasil sensus di Amerika, ternyata ada korelasi positif antara gaji/pendapatan yang bertitel tinggi dengan titel di bawahnya. Sensus dilakukan pada mereka yang berumur dari 24 sampai dengan 65 tahun. Inilah hasilnya.

average-salary-bachelor-master-doctor

Dari data di atas memang menunjukkan bahwa seorang dengan titel lebih tinggi, akan memiliki rata-rata penghasilan lebih tinggi.

Lantas bagaimana seharusnya bersikap? Jika anda punya keinginan dan kesempatan segera saja melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Tidak usah menghiraukan pendapat yang skeptis dengan istilah doktor tepu-tepuan, doktor cabe-cabean atau lainnya. Yang penting adalah anda bisa membuktikan bahwa anda pantas meraih titel tersebut, masuk dalam lembaga pendidikan tinggi yang mumpuni dan terakreditasi (bukan jual-beli aspal) dan uniknya perguruan jenis ini justru banyak berlokasi di negara maju, dan sering menawarkan ke negara berkembang seperti Indonesia.

Sederhananya, tingkat pendidikan berpengaruh positif kepada pendapatan/revenue anda, so jangan remehkan pendidikan tinggi yang orang lain peroleh.

 

Tengku Shahindra

Whoops, you're not connected to Mailchimp. You need to enter a valid Mailchimp API key.

Inquiry