Berpikir Tanpa “Kotak”

Sekarang ada istilah baru yang sepertinya akan populer sebentar lagi, yaitu Think Without The Box, atau berpikir tanpa ada kotak sama sekali. Kalau istilah Think Outside The Box yang lebih dahulu populer, pasti kebanyakan dari kita sudah pada tahu. Istilah Think Outside The Box itu kurang lebih berarti berpikir diluar dari cara kita biasa berpikir atau berasumsi, atau juga bisa dikatakan berpikir diluar dari pola pikir umum atau asumsi umum/ orang kebanyakan. Tujuan dari pola berpikir outside the box untuk menggali kreativitas. Benarkah itu?

Banyak yang mengasosiasikan pola berpikir outside the box sebagai pola pikir yang nyeleneh. Semakin nyeleneh, semakin kreatif dan karenanya dianggap sudah menerapkan pola pikir outside the box. Pertanyaannya sekali lagi benarkah itu?

Apa Itu Sebenarnya Kotak Dalam Pemikiran Kita?

Lalu apa sih yang dimaksud sebagai “box” atau “kotak” dalam pola pikir “outside the box” tadi? Box tadi bisa jadi berupa pola pikir kita, perspektif kita dalam melihat, menganalisa, dan menciptakan sesuatu. Box tadi bisa juga berarti peraturan-peraturan dan norma-norma yang ada dan yang berlaku dan karenanya mengikat kita dalam berucap, berpikir, menganalisa, memaknai, pada intinya mengatur kita luar dalam. Berpikir nyeleneh diluar konteks norma bisa jadi tidak menghasilkan karya kreatif.

Lantas kemudian bila pola pikir kita dianggap sama dengan pola pikir umum, apakah hal itu menjadikan diri kita tidak berpikir outside the box dan malah berpikir inside the box. Lalu, apakah juga supaya bisa berpikir outside the box, kita menggunakan reversed psychology atau reversed paradigm barangkali? Apa yang jadi konsensus atau kesepakatan umum, ya tinggal kita balikkan saja, dengan demikian kita telah berpikir bahwa kita telah berpikir outside the box?

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana bila ternyata sebenarnya “kotak” yang dimaksud itu tidak pernah ada dari awal. Karena kita tahu bahwa otak manusia dan pola pikir manusia adalah sebuah peta yang tak bertuan dan belum dijamah secara seksama. Bagaimana bila “kotak” tersebut adalah sebuah ciptaan pola pikir manusia itu sendiri? Tapi apakah berpikir without the box ini berarti membiarkan diri kita dalam keliaran penalaran kita, atau keliaran perspektif dalam batas yang kita sebut sebagai “kotak” itu tadi?

Lebih menganggap berpikir without the box bukanlah justru berpikir dalam keliaran imajinasi, perspektif dan pemikiran-pemikiran lain yang mengikutinya. Berpikir without the box lebih dimaknai sebagai kejernihan pemikiran yang mampu melihat segala permasalahan dari berbagai perspektif. Lagipula sebenarnya berpikir outside the box ataupun without the box hanyalah sebuah perspektif, yang paling penting adalah menggunakan otak anda untuk berpikir. Persis seperti kata seorang sahabat ketika memusingkan sebuah solusi dari sebuah masalah.

“bagus kalo lo pusing, itu artinya lo masih punya otak”.

Sumber : fakhrurrojihasan.wordpress.com

Whoops, you're not connected to Mailchimp. You need to enter a valid Mailchimp API key.

Inquiry