Most Popular

SKK Migas Mulai Implementasikan SNI ISO 37001:2016 Tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan (Smap)

Mengapa Harus Menerapkan Iatf?

Peningkatan Budaya Keselamatan Melalui Organisasi Dan Manajemen Infrastruktur

Pemerintah Terus Berupaya Minimalisasi Deforestasi

Total Productive Maintenance Di Iatf 16949

Insights

Bagai Pisau Bermata Dua, Bisnis Digital Youtube Dan Instagram

Siapa tidak mengenal YouTube? Anak perusahaan dari Google ini menjalankan fungsi yang serupa dengan industri pertelevisian, yaitu sebagai penyedia informasi dan hiburan berbentuk audio visual. Pertumbuhan platform ini sangat pesat dibuktikan dari banyaknya jumlah penayangan di YouTube. Data statistik dari Channel Meter yang dipublikasikan Medium.com menunjukan bahwa jumlah penayangan YouTube di Amerika Serikat mencapai 916 juta selama Maret 2019. Di Indonesia, penayangan YouTube selama bulan tersebut berjumlah 82 juta. Industri digital ini dinilai sebagai bentuk transformasi industri pertelevisian yang mulai menurun. Selain YouTube, pernahkah Anda menggunakan Instagram? Instagram merupakan salah satu media sosial yang tengah booming digunakan, terutama di kaum milenial. Hal ini dilihat dari total download aplikasi Instagram di Google Play Store yang telah melebihi satu miliar unduhan. Platform ini adalah bukti transformasi yang terjadi dalam industri telekomunikasi. Dahulu, komunikasi dilakukan melalui surat, kemudian telepon, hingga terbentuk aplikasi yang mengintegrasikan semua fungsi tersebut. Bahkan, perkembangan tersebut tidak hanya meningkatkan media komunikasi suara dan tulisan, tetapi juga melakukan inovasi dengan menyediakan media audio visual berupa video call. Layanan komunikasi gratis yang disediakan Instagram mampu berfungsi sebagai media komunikasi personal dan bisnis. Dalam fungsi bisnis, aplikasi ini memudahkan pelaku usaha dalam mengkomunikasikan produknya ke masyarakat dengan menciptakan konten Instagram sebagai strategi memperkuat branding toko. Selain itu, media sosial memiliki fitur periklanan jangka pendek yang lebih murah. Untuk pemasangan iklan di Instagram selama satu hari, advertiser hanya dikenakan biaya mulai dari Rp10.000,00/hari hingga Rp10.000.000,00/hari. Semakin besar nominalnya, audiens yang dapat dijangkau akan semakin luas. Instagram juga menyediakan pilihan durasi iklan dari sehari hingga sebulan sesuai dengan strategi advertiser. Promosi melalui Instagram dan media digital lainnya dinilai lebih efektif dibandingkan media lainnya. Sebab, media digital menggunakan algoritma yang mampu memetakan pengguna sehingga iklan akan ditampilkan kepada pengguna yang memiliki minat terhadap konten yang diiklankan. Dampaknya, peluang iklan untuk menjangkau pembeli potensial semakin besar. Faktor tersebut mendorong banyak pelaku usaha memilih iklan di media digital. Bahkan, kenaikan belanja iklan digital mengalami pertumbuhan pesat hingga mengalahkan belanja iklan pertelevisian. Dilansir dari Kompas.com, pada tahun 2017 belanja iklan digital global mencapai US$208,8 miliar, sedangkan pertelevisian sejumlah US$178,4 miliar. Di Indonesia, belanja iklan digital mengalami pertumbuhan 26% dengan nilai Rp36,5 triliun. Internalisasi teknologi dalam bisnis berimplikasi positif terhadap perekonomian. Besarnya prospek bisnis digital ini mendorong terbentuknya profesi baru, yaitu content creator dan influencer. Content creator adalah seseorang yang berkarir dengan membuat konten media sosial baik berupa video YouTube maupun tulisan blog. Mereka berfokus pada kualitas konten yang diproduksi untuk tujuan edukasi dan hiburan penontonnya. Di sisi lain, influencer adalah orang yang membagikan kehidupan mereka di sosial media dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengikutnya. Kehadiran profesi ini mengindikasikan adanya perluasan kesempatan kerja. Dampaknya, probabilitas peningkatan pendapatan perkapita penduduk mengalami kenaikan. Selain itu, kombinasi teknologi dalam bisnis mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selaras dengan teori Schumpeter yang diambil dari jurnal terbitan Elsevier berjudul Technological Change and Economic Growth, transformasi teknologi meningkatkan kapital per orang dan memotivasi untuk menabung serta berinvestasi sehingga menyebabkan kenaikan GDP (Gross Domestic Bruto) riil. Kenaikan GDP ini menjadi indikator terjadinya pertumbuhan ekonomi. Dilansir dari Asosiasi Media Siber Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika, Yudiantara, pada tahun 2019 memprediksi ekonomi digital Indonesia mencapai US$130 miliar atau 12% dari GDP tahun lalu (2020). Perhitungan ini semakin memperkuat bukti besarnya dampak positif teknologi terhadap perekonomian makro. Namun, dibalik gemerlapnya keuntungan dari bisnis digital, berbagai ancaman turut menyertai di dalamnya. Siapa sangka? Bisnis digital yang dijalankan oleh Google, YouTube, Instagram, dan perusahaan teknologi lainnya menargetkan user mereka, yaitu manusia, sebagai produk. Di sisi lain, advertiser adalah target customer mereka. Pendapatan mereka berasal dari iklan yang ditampilkan. Semakin banyak pengguna maka semakin besar pula harga yang ditetapkan terhadap iklan yang dipasarkan. Hal ini mendorong perusahaan teknologi untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah user mereka dengan cara memaparkan pengguna dengan konten yang disukai. Mereka menyusun strategi ini berdasarkan cara kerja pikiran manusia. Dalam psikologi, dikenal istilah motivated perception. Motivated perception menjelaskan bahwa manusia tidak dapat menginterpretasikan kejadian secara akurat, melainkan mereka menggunakan bias dan selektif. Artinya, penafsiran terhadap suatu kejadian bersifat subjektif dan manusia cenderung menyeleksi informasi yang diserapnya agar sesuai dengan belief mereka. Dilansir dari Psychological Today, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Natural Human Behavior mengungkapkan bahwa motivasi dan keinginan seseorang dapat memunculkan bias. Sederhananya, manusia cenderung melihat apa yang ingin mereka lihat dan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Strategi yang diterapkan tersebut berhasil. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah penggunaan aplikasi, diantaranya Instagram. Pengguna aktif aplikasi ini dalam per bulan mencapai lebih dari seribu juta pada Juni 2018. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2017 dengan jumlah pengguna aktif per bulan sebesar delapan ratus juta. Namun, bagaimana perusahaan teknologi memperoleh informasi terkait user mereka? Bagaimana mereka mengetahui minat penggunanya? Faktanya, mereka menggunakan sistem algoritma--suatu bentuk Artificial Intelligence (ai) yang mampu mendeteksi dan merekam aktivitas internet pengguna. Algoritma melibatkan data dan machine learning. Artinya, sistem ini merekam secara detail durasi video yang ditonton, durasi foto yang dilihat pengguna, lokasi pengguna, hingga dengan siapa saja komunikasi intens dilakukan. Algoritma akan terus menambah dan memperbaiki pengumpulan data statistik tersebut sehingga informasi yang diperoleh semakin akurat. Bagaikan menyatukan puzzle, kumpulan data yang diperoleh sistem membentuk pola perilaku pengguna. Bahkan, Instagram pernah merekomendasikan pertemanan dengan mem-follow akun seseorang yang terdaftar dalam kontak pengguna.

Baca juga: Checklist & Estimasi Biaya Jasa Pembuatan Website Ecommerce

Algoritma yang ditetapkan beberapa perusahaan bisnis teknologi memiliki manfaat di bidang marketing. Pemasar lebih mudah memetakan target customer mereka dan mengiklankan produk kepada pengguna yang menjadi pembeli potensial. Namun, ketatnya pengawasan sistem terhadap aktivitas pengguna menyebabkan berbagai data pengguna dapat diambil oleh sistem. Hal ini dapat memicu pelanggaran hak privasi pengguna. Penyalahgunaan data pengguna juga berpotensi terjadi, seperti data identitas, alamat email, data kontak, ID Messenger, hingga nomor telepon. Terlebih lagi, kerugian materi dan non materi terjadi ketika terjadi kebocoran atau pencurian data. Bukan tidak mungkin hal tersebut dapat terjadi. Contohnya adalah peristiwa kebocoran data oleh perusahaan manajemen media sosial asal Cina bernama Socialarks. Firma antivirus Safety Detectives mengungkapkan adanya kebocoran 214 juta data pengguna Facebook, Instagram, dan LinkedIn. Untuk Instagram, data yang diretas sebanyak 11,6 juta akun dengan informasi pribadi meliputi 6 juta nomor telepon, 11 juta alamat email, foto profil, deskripsi akun, dan jumlah following serta followers. Data yang bocor ini dapat digunakan untuk cyber crime, seperti phising, penipuan, hingga penyebaran malware. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) perlu memperjelas batas pengambilan dan penggunaan data yang boleh dilakukan oleh perusahaan teknologi. Aturan terkait perlindungan data, seperti enkripsi, harus dipertegas. Pengawasan terhadap realisasi penggunaan data oleh perusahaan juga perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk memastikan data user digunakan perusahaan untuk kepentingan bisnis dengan tetap memperhatikan hak konsumen. Perusahaan teknologi juga sebaiknya meningkatkan kerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam upaya memperkuat pengamanan data pengguna. Transformasi teknologi dalam bisnis bagaikan pisau bermata dua. Pada satu sisi, bisnis ini menguntungkan perekonomian dengan membuka kesempatan kerja dan wirausaha. Pada sisi yang lain, teknologi memperbesar potensi terjadinya tindak kriminal, seperti penipuan, pencurian, dan penyalahgunaan data. Namun, teknologi tidak dapat ditinggalkan untuk mengeliminasi dampak negatif tersebut. Oleh karena itu, hal yang dapat dilakukan adalah mengimbangi perkembangan teknologi dengan meningkatkan koordinasi dan sistem perlindungan data.

  • Sumber:

  • Asosiasi Media Siber Indonesia. (2019, Maret 1). Menkominfo: Perkembangan Ekonomi Digital Didorong oleh Pola Pikir. Amsi.or.id. Diakses dari https://www.amsi.or.id/menkominfo-perkembangan-ekonomi-digital-didorong-oleh pola-pikir/

  • Caliskan, Hulya Kesici. (2015). Technological Change and Economic Growth. Elshevier Ltd. Diakses dari www.sciencedirect.com

  • Channel Meter. (2019, Maret 5). YouTube’s Top Countries. Medium.com. Diakses dari https://medium.com/@ChannelMeter/youtubes-top-countries-47b0d26dded

  • Nailufar, Nibras Nada. (2019, Agustus 24). Akankah TV Bernasib Sama dengan Koran dan Majalah. Kompas.com. Diakses dari https://www.kompas.com/tren/read/2019/08/24/071300965/akankah-tv-bernasib sama-dengan-koran-dan-majalah?page=all

  • Pogosyan, Mariana. (2019, Juli 9). Why We See What We Want to See. Psychology Today. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/betweencultures/201907/why-we-see-what-we-want-see

  • Riyanto, Galuh Putri. (2021, Januari 15). Data Ratusan Pengguna Instagram, Facebook, dan LinkedIn Bocor. Kompas.com. Diakses dari https://tekno.kompas.com/read/2021/01/15/14100017/data-ratusan-juta-pengguna instagram-facebook-dan-linkedin-bocor?page=all

  • Statista. (2020, November 24). Number of Monthly Active Instagram Users 2013-2018. Statista.com. Diakses dari https://www.statista.com/statistics/253577/number-of monthly-active-instagram-users/

Tulisan ini dibuat oleh Febrina Aulia Dewi dalam Kompetisi Menulis Artikel Oleh Biztech
Contributor

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

The Hive Office

Tamansari Hive Office, Jl. DI. Panjaitan No.Kav. 2, Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta City, Jakarta 13340

M:

(+62) 811-9334-860

E:

cs@synergisolusi.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

Proxsis AI UK Ltd.

153 Otley Rd, Headingley, Leeds LS6 3QG,
United Kingdom

M:

(+44) 798-5687-426

E:

hello@proxsis.ai

Fueled by Knowledge
Powered by Ideas

© 2006–2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

The Hive Office

Tamansari Hive Office, Jl. DI. Panjaitan No.Kav. 2, Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta City, Jakarta 13340

M:

(+62) 811-9334-860

E:

cs@synergisolusi.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

Proxsis AI UK Ltd.

153 Otley Rd, Headingley, Leeds LS6 3QG,
United Kingdom

M:

(+44) 798-5687-426

E:

hello@proxsis.ai

Fueled by Knowledge
Powered by Ideas

© 2006–2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

The Hive Office

Tamansari Hive Office, Jl. DI. Panjaitan No.Kav. 2, Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta City, Jakarta 13340

M:

(+62) 811-9334-860

E:

cs@synergisolusi.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

Proxsis AI UK Ltd.

153 Otley Rd, Headingley, Leeds LS6 3QG,
United Kingdom

M:

(+44) 798-5687-426

E:

hello@proxsis.ai

Fueled by Knowledge
Powered by Ideas

© 2006–2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis