Article

Disaster Recovery: 10 Tips Mencegah Downtime dan Menyelamatkan Bisnis Anda

Di era digital yang terus berkembang pesat, keberadaan sistem informasi dan teknologi menjadi vital bagi kesinambungan operasi bisnis. Namun, dengan keuntungan yang ditawarkan oleh teknologi juga datang risiko bencana IT yang dapat mengganggu atau bahkan menghentikan operasi organisasi. Inilah mengapa disaster recovery menjadi semakin penting dalam konteks ini.  Disaster recovery merujuk pada strategi dan rencana yang dirancang untuk memulihkan sistem IT setelah terjadinya bencana, seperti serangan siber, kegagalan perangkat keras, atau bencana alam. Pentingnya disaster recovery tidak bisa dilebih-lebihkan karena keseluruhan bisnis saat ini sangat bergantung pada infrastruktur digital mereka. Dampak downtime, baik itu disebabkan oleh bencana alam atau gangguan teknis, dapat sangat merugikan bagi organisasi. Setiap waktu yang sistem tidak beroperasi normal dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, kehilangan pelanggan, dan bahkan merusak reputasi perusahaan.  Selain itu, kehilangan data yang penting dapat mengakibatkan dampak jangka panjang yang merugikan bagi bisnis. Oleh karena itu, penting untuk memiliki rencana pemulihan yang efektif untuk meminimalkan dampak dari downtime yang tidak terduga. Dalam artikel ini, kami akan membahas sepuluh tips penting untuk mencegah downtime dan melindungi bisnis Anda dengan disaster recovery. 

Sepuluh Tips Disaster Recovery

1. Melakukan penilaian risiko

Melakukan penilaian risiko merupakan langkah kunci dalam merancang rencana disaster recovery yang efektif. Proses ini mencakup beberapa tahapan penting:

  • Mengidentifikasi Risiko: Tim disaster recovery harus secara cermat mengidentifikasi semua potensi risiko bencana IT yang mungkin terjadi. Ini termasuk bencana alam seperti gempa bumi, banjir, badai, dan kebakaran, serta ancaman non-alam seperti serangan siber, kegagalan perangkat keras, atau kesalahan manusia.

  • Mengkaji Risiko: Setelah identifikasi risiko dilakukan, langkah berikutnya adalah mengkaji setiap risiko secara lebih rinci. Tim harus mengevaluasi seberapa serius setiap risiko dapat mempengaruhi operasi organisasi, termasuk dampaknya terhadap sistem, data, karyawan, dan pelanggan.

  • Menentukan Dampak Potensial: Setelah risiko diidentifikasi dan dievaluasi, tim harus menentukan dampak potensial dari setiap risiko yang terjadi. Ini mencakup perkiraan waktu downtime, kerugian finansial yang mungkin terjadi, kerusakan pada infrastruktur IT, dan reputasi perusahaan.

  • Menetapkan Prioritas untuk Pemulihan: Berdasarkan analisis dampak dan prioritas bisnis, tim harus menetapkan prioritas untuk pemulihan sistem dan data. Hal ini membantu dalam menentukan urutan pemulihan yang paling efisien dan efektif untuk meminimalkan downtime dan kerugian.

Baca juga : Cloud Disaster Recovery: Solusi Modern untuk Perlindungan Data dan Sistem

2. Merumuskan rencana pemulihan

Merumuskan rencana pemulihan merupakan langkah penting dalam proses disaster recovery. Berikut adalah beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merumuskan rencana pemulihan:

  • Menentukan Strategi Pemulihan: Setelah risiko diidentifikasi, tim disaster recovery harus menentukan strategi pemulihan untuk setiap jenis bencana yang mungkin terjadi. Ini termasuk strategi untuk mengatasi bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan badai, serta strategi untuk mengatasi ancaman non-alam seperti serangan siber, kegagalan perangkat keras, atau kesalahan manusia. Setiap strategi harus dirancang untuk meminimalkan downtime dan kerugian finansial serta memastikan pemulihan sistem dan data dalam waktu yang sesingkat mungkin.

  • Menentukan Sumber Daya yang Dibutuhkan: Setelah strategi pemulihan ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk pemulihan. Ini termasuk perangkat keras, perangkat lunak, personel, dan infrastruktur lainnya yang diperlukan untuk memulihkan sistem dan data. Tim harus memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan tersedia dan dapat diakses dengan cepat saat dibutuhkan.

  • Merancang dan Membangun Infrastruktur Pemulihan: Berdasarkan strategi pemulihan dan sumber daya yang dibutuhkan, tim harus merancang dan membangun infrastruktur pemulihan yang sesuai. Ini mencakup infrastruktur fisik seperti pusat data cadangan, pusat operasi pemulihan, dan saluran komunikasi alternatif, serta infrastruktur teknologi seperti sistem backup dan pemulihan, perangkat lunak pemulihan bencana, dan prosedur pemulihan yang terdokumentasi dengan baik.

3. Memilih solusi backup dan replikasi yang tepat

Memilih solusi backup dan replikasi yang tepat memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap kebutuhan organisasi serta ketersediaan anggaran. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat membantu dalam proses ini:

  • Evaluasi Kebutuhan dan Anggaran: Pertama-tama, identifikasi kebutuhan organisasi dalam hal backup dan replikasi data. Ini termasuk volume data yang perlu disimpan, tingkat kekritisan data, waktu pemulihan yang diinginkan, dan anggaran yang tersedia. Berdasarkan evaluasi ini, pilih solusi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan anggaran organisasi.

  • Menentukan Kehandalan: Saat memilih solusi backup dan replikasi, pastikan untuk memilih solusi yang dapat diandalkan. Periksa reputasi penyedia solusi, lakukan riset tentang keandalan produk, dan tinjau ulasan pelanggan untuk mendapatkan wawasan tentang pengalaman pengguna lainnya. Selain itu, pertimbangkan juga faktor-faktor seperti kecepatan pemulihan, tingkat keamanan, dan kemudahan penggunaan.

  • Jadwalkan Backup dan Replikasi Secara Teratur: Setelah memilih solusi yang tepat, buatlah jadwal backup dan replikasi secara teratur sesuai dengan kebutuhan bisnis. Pastikan untuk menjadwalkan backup dengan frekuensi yang memadai untuk melindungi data yang paling penting dan memastikan pemulihan yang cepat dalam situasi darurat. Lakukan uji coba pemulihan secara berkala untuk memastikan bahwa solusi backup dan replikasi berfungsi sebagaimana mestinya.

Baca juga : Colocation vs. Cloud Computing: Mana yang Terbaik untuk Kebutuhan Bisnis Anda?

4. Menguji dan melatih rencana pemulihan secara berkala

Menguji dan melatih rencana pemulihan secara berkala adalah langkah penting dalam memastikan efektivitasnya dan mempersiapkan staf untuk menghadapi situasi darurat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam proses ini:

  • Menguji Rencana Pemulihan: Lakukan pengujian rutin terhadap rencana pemulihan untuk memastikan bahwa dapat berfungsi dengan efektif saat dibutuhkan. Ini dapat mencakup simulasi bencana, pengujian sistem backup dan replikasi, serta pengujian prosedur pemulihan untuk memastikan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana. Evaluasi hasil pengujian dan identifikasi area yang memerlukan perbaikan atau perbaikan.

  • Melatih Staf: Selain menguji rencana pemulihan secara teknis, pastikan untuk melatih staf tentang peran dan tanggung jawab mereka dalam rencana pemulihan. Ini termasuk memastikan bahwa mereka memahami prosedur pemulihan yang tepat, mengetahui bagaimana menggunakan alat dan sistem pemulihan, serta siap untuk bertindak dengan cepat dan efisien dalam situasi darurat. Lakukan pelatihan reguler dan pastikan semua staf baru juga dilatih tentang rencana pemulihan.

  • Evaluasi dan Peningkatan: Setelah pengujian dan pelatihan dilakukan, evaluasi hasilnya dan identifikasi pelajaran yang dapat dipetik serta area yang perlu diperbaiki atau diperbaiki dalam rencana pemulihan. Gunakan informasi ini untuk melakukan perbaikan dan peningkatan pada rencana pemulihan serta pelatihan staf di masa mendatang.

5. Mendokumentasikan rencana pemulihan dengan baik

Mendokumentasikan rencana pemulihan dengan baik adalah kunci untuk memastikan bahwa semua orang dalam organisasi memahami langkah-langkah yang perlu diambil dalam situasi darurat. Berikut adalah langkah-langkah untuk mendokumentasikan rencana pemulihan dengan baik:

  • Menulis dengan Jelas dan Mudah Dipahami: Tulis rencana pemulihan dengan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh semua orang, tanpa terlalu banyak istilah teknis yang rumit. Gunakan format yang terstruktur dengan baik, mulai dari ringkasan eksekutif hingga rincian teknis, dan jangan lupa untuk menyertakan daftar kontak penting dan prosedur kontak darurat.

  • Menyimpan Dokumentasi di Tempat yang Aman: Simpan dokumentasi rencana pemulihan di tempat yang aman dan dapat diakses oleh staf yang berwenang. Pastikan untuk memiliki salinan cadangan dari rencana tersebut dan menyimpannya di lokasi yang terpisah dari lokasi utama untuk menghindari kehilangan data dalam situasi darurat.

  • Mengakses dan Memperbarui Secara Berkala: Pastikan bahwa staf yang berwenang dapat dengan mudah mengakses dokumentasi rencana pemulihan saat dibutuhkan. Selain itu, jadwalkan untuk memperbarui dokumentasi secara berkala sesuai dengan perubahan dalam infrastruktur IT, kebijakan perusahaan, atau persyaratan regulasi yang berlaku.

Baca juga : Membandingkan Metasploit, Nessus, dan Acunetix untuk Kebutuhan Penetration Testing Perusahaan Anda

6. Memilih tim yang tepat untuk mengelola disaster recovery

Memilih tim yang tepat untuk mengelola disaster recovery adalah langkah krusial dalam memastikan kesiapan organisasi dalam menghadapi situasi darurat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk memilih dan mempersiapkan tim disaster recovery:

  • Identifikasi Keahlian dan Pengalaman yang Diperlukan: Tentukan keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk mengelola disaster recovery sesuai dengan kebutuhan organisasi. Ini dapat mencakup pengetahuan tentang sistem IT, keamanan informasi, manajemen risiko, pemulihan bencana, serta keterampilan komunikasi dan kepemimpinan yang baik.

  • Seleksi Tim yang Sesuai: Pilih anggota tim yang memiliki keahlian dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pastikan bahwa anggota tim memiliki pemahaman yang kuat tentang sistem IT organisasi, serta kemampuan untuk berpikir cepat dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi darurat.

  • Memberikan Pelatihan yang Memadai: Berikan pelatihan yang memadai kepada tim disaster recovery untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengelola situasi darurat. Ini dapat mencakup pelatihan tentang prosedur pemulihan, penggunaan alat pemulihan, manajemen krisis, serta pelatihan teknis tambahan sesuai kebutuhan.

  • Melakukan Uji Coba dan Latihan Rutin: Lakukan uji coba dan latihan rutin dengan tim disaster recovery untuk memastikan kesiapan mereka dalam menghadapi situasi darurat. Gunakan skenario yang realistis dan beragam untuk melatih respons tim dalam berbagai situasi bencana.

7. Mengkomunikasikan rencana pemulihan kepada semua pihak

Mengkomunikasikan rencana pemulihan kepada semua pihak terkait adalah kunci untuk memastikan bahwa semua orang memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam situasi darurat. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengkomunikasikan rencana pemulihan secara efektif:

  • Sosialisasi Rencana Pemulihan: Ajak semua pihak terkait, termasuk staf internal, kontraktor, dan mitra bisnis, untuk sesi sosialisasi tentang rencana pemulihan. Jelaskan dengan jelas tujuan, strategi, prosedur, dan langkah-langkah yang perlu diambil dalam situasi darurat. Pastikan untuk menekankan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam rencana pemulihan.

  • Dokumentasi Rencana Pemulihan: Sediakan salinan dokumen rencana pemulihan kepada semua pihak terkait dan pastikan bahwa dokumen tersebut mudah diakses dan dipahami. Gunakan bahasa yang jelas dan sederhana untuk menjelaskan langkah-langkah yang perlu diambil dalam situasi darurat.

  • Pelatihan dan Simulasi: Lakukan sesi pelatihan dan simulasi disaster recovery secara berkala untuk memastikan bahwa semua pihak memahami rencana pemulihan dan siap untuk bertindak dalam situasi darurat. Gunakan skenario realistis dan beragam untuk menguji pemahaman dan respons semua pihak.

  • Evaluasi dan Peningkatan: Setelah pelatihan dan simulasi dilakukan, evaluasi hasilnya dan identifikasi area yang memerlukan perbaikan atau perbaikan dalam rencana pemulihan. Gunakan informasi ini untuk melakukan perbaikan dan peningkatan pada rencana pemulihan serta pelatihan di masa mendatang.

Baca juga : Penetration Testing Tools Terbaik 2023 untuk Mendeteksi Kerentanan Sistem

8. Memantau dan memperbarui rencana pemulihan secara berkala

Memantau dan memperbarui rencana pemulihan secara berkala adalah langkah penting dalam memastikan kesiapan organisasi dalam menghadapi situasi darurat. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk melakukan hal tersebut:

  • Jadwal Pemantauan dan Pembaruan: Tentukan jadwal yang teratur untuk memantau dan memperbarui rencana pemulihan, seperti setiap enam bulan atau setahun sekali. Jadwal ini memastikan bahwa rencana tetap relevan dan efektif dalam mengatasi perubahan lingkungan bisnis, teknologi, atau regulasi.

  • Tim Terlibat: Libatkan tim disaster recovery serta pemangku kepentingan kunci lainnya dalam proses pemantauan dan pembaruan rencana pemulihan. Dengan melibatkan orang-orang yang terlibat langsung dalam operasi bisnis, Anda dapat memastikan bahwa rencana pemulihan mencerminkan kebutuhan aktual organisasi.

  • Evaluasi Kinerja: Selain memperbarui dokumen rencana pemulihan, lakukan juga evaluasi kinerja terhadap implementasi rencana pemulihan dalam latihan atau skenario simulasi. Tinjau hasilnya untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki atau diperbaiki.

  • Perubahan Kebutuhan Bisnis: Perbarui rencana pemulihan sesuai dengan perubahan kebutuhan bisnis, seperti penambahan atau pengurangan sistem atau layanan, perubahan prosedur operasional, atau ekspansi lokasi. Pastikan rencana pemulihan selalu mencerminkan keadaan terkini dari lingkungan operasional organisasi.

  • Dokumentasi Revisi: Setelah melakukan pembaruan, pastikan untuk mendokumentasikan semua perubahan yang dilakukan dalam rencana pemulihan. Simpan catatan tentang revisi, termasuk tanggal revisi dan alasan di balik perubahan tersebut, untuk referensi di masa mendatang.

9. Bekerja sama dengan vendor dan mitra terpercaya

Bekerja sama dengan vendor dan mitra terpercaya adalah kunci untuk memastikan bahwa organisasi memiliki dukungan yang solid dalam mengelola disaster recovery. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk bekerja sama dengan vendor dan mitra terpercaya:

  • Pemilihan Vendor dan Mitra: Lakukan riset yang cermat untuk memilih vendor dan mitra yang memiliki reputasi baik dan berpengalaman dalam disaster recovery. Tinjau rekam jejak mereka, sertifikasi, dan pengalaman sebelumnya dengan organisasi sejenis. Pastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dan standar organisasi Anda.

  • Pembangunan Hubungan: Setelah memilih vendor dan mitra, bangunlah hubungan yang kuat dengan mereka. Komunikasikan secara jelas tentang harapan dan kebutuhan organisasi Anda terkait disaster recovery. Diskusikan strategi pemulihan, tingkat layanan, dan proses komunikasi dalam situasi darurat. Berinvestasilah waktu dalam membangun hubungan yang saling menguntungkan dan saling percaya.

  • Kolaborasi dalam Perencanaan: Libatkan vendor dan mitra dalam perencanaan disaster recovery organisasi Anda. Diskusikan strategi pemulihan, infrastruktur backup, dan langkah-langkah mitigasi risiko bersama mereka. Memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman mereka untuk meningkatkan kesiapan organisasi Anda dalam menghadapi situasi darurat.

  • Uji Kerja Sama: Lakukan uji kerja sama dengan vendor dan mitra secara berkala untuk memastikan bahwa kolaborasi Anda berjalan lancar dalam situasi darurat. Simulasikan skenario bencana dan evaluasi respons serta kinerja mereka. Gunakan hasilnya untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam kerja sama Anda.

Baca juga : Tanda HP Kamu Lagi Disadap: Kenali Cara Mencegahnya

10. Memiliki anggaran yang memadai untuk disaster recovery

Memiliki anggaran yang memadai untuk disaster recovery adalah penting untuk memastikan bahwa organisasi memiliki sumber daya yang cukup untuk mengelola dan memulihkan sistem IT setelah terjadinya bencana. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menentukan dan mengalokasikan anggaran dengan tepat untuk disaster recovery:

  • Evaluasi Kebutuhan: Pertama-tama, lakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebutuhan disaster recovery organisasi Anda. Tinjau infrastruktur IT, data yang perlu dilindungi, tingkat kekritisan sistem, dan risiko yang mungkin terjadi. Gunakan informasi ini untuk menentukan seberapa besar anggaran yang diperlukan untuk memastikan kesiapan dan pemulihan yang efektif.

  • Prioritaskan Kebutuhan: Setelah mengevaluasi kebutuhan, prioritaskan kebutuhan disaster recovery berdasarkan tingkat kepentingan dan risiko. Fokuskan anggaran pada area yang paling penting dan rentan terhadap gangguan, seperti data kritis, aplikasi inti, dan infrastruktur kunci.

  • Rencanakan Anggaran dengan Tepat: Setelah menentukan anggaran yang diperlukan, rencanakan pengeluaran dengan tepat untuk memastikan bahwa semua aspek dari rencana disaster recovery tercakup. Sertakan biaya untuk infrastruktur backup dan pemulihan, perangkat lunak, pelatihan staf, uji coba dan latihan, serta biaya operasional yang terkait dengan pemeliharaan dan pemulihan sistem.

  • Fleksibilitas Anggaran: Berikan fleksibilitas pada anggaran disaster recovery untuk menanggapi perubahan kebutuhan dan kondisi pasar. Sediakan cadangan dana untuk keperluan darurat atau perubahan tak terduga dalam lingkungan bisnis. Selalu evaluasi dan sesuaikan anggaran secara berkala sesuai dengan perubahan dalam kebutuhan dan prioritas organisasi.

  • Pantau dan Evaluasi Pengeluaran: Pantau pengeluaran disaster recovery secara teratur dan evaluasi efektivitasnya. Tinjau pengeluaran untuk memastikan bahwa anggaran dialokasikan dengan tepat dan memberikan nilai tambah yang sesuai untuk organisasi.‌

Kesimpulan

Disaster recovery merupakan aspek penting dari strategi bisnis yang harus diprioritaskan oleh setiap organisasi. Dengan memiliki rencana pemulihan yang komprehensif, tim yang terlatih, kemitraan yang solid dengan vendor dan mitra, serta pengelolaan anggaran yang efisien, organisasi dapat meningkatkan kesiapannya dalam menghadapi berbagai macam bencana IT.  Penting untuk diingat bahwa pemulihan setelah bencana bukanlah sekadar tugas teknis, tetapi juga melibatkan manajemen risiko, koordinasi tim, dan komunikasi efektif. Dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan terhadap disaster recovery, organisasi dapat memastikan kelangsungan operasi bisnis mereka dan melindungi aset-aset penting mereka dari berbagai ancaman yang mungkin terjadi.

SHARE