LIBRA, Mata Uang Bagi Warganet

Pernahkah kamu mendengar istilah cryptocurrency? Atau kamu lebih mengenal istilah Bitcoin? Ya, itu semua adalah mata uang digital. Indonesia juga sudah melegalkan bitcoin sebagai komoditi.

Saat ini dunia tengah diperkenalkan lagi dengan istilah LIBRA, yakni sebuah alat tukar mata uang bagi warganet atau pengguna dunia maya. Yang disebut juga Stablecoin.

Hal tersebut didukung penuh oleh Facebook yang melahirkan bisnis baru, yakni Facebook Calibra. CALIBRA adalah layanan facebook untuk mengirim, memakai, dan menyimpan uang. Tahap pertama mereka akan membuat e-wallet alias dompet digital.

CALIBRA akan tersedia di Whatsapp dan FB Messenger, dan mata uangnya bukan seperti uang rupiah tapi mata uang elektronik yakni Libra berbasis teknologi blockchain. Berbeda dengan Bitcoin, katanya Libra sebagai Stablecoin akan didukung sistem mata uang resmi. Kita tunggu teknisnya seperti apa.

Dilansir dari website https://libra.org, terdapat sekitar 27 organisasi yang membuat mata uang dunia bernama Libra.
.
Coba bayangkan kalau konsep Libra dikawinkan dengan warga negara dunia maya ( e-citizen ) seperti yang dilakukan Estonia. Kita akan punya dua kehidupan, yakni dunia nyata dan dunia maya yang tidak memilili batas negara.

Konsep e-citizen di Estonia, memungkinkan kita membuka rekening, membuat perusahaan, sekaligus menyewa lawyer lokal seperti PPAT/Notaris tanpa datang kesana. Tinggal bayar bulanan, sudah dapat kantor dan ada yang urus keuangan kita disana. Saratnya jadi warga e-citizen dulu.

Coba bayangkan 1 tahun lagi akan bisa terjadi sebagai berikut. Pak Gilbert sebagai warga negara Indonesia akan membeli mata uang Libra sebagai mata uang warganet menggunakan visa, paypall atau go pay dan disimpan dalam dompet Calibra milik facebook.

Ketika ia akan membeli barang di negara manapun secara online maupun datang ke toko, Pak Gilbert pun tidak memerlukan uang konvensional tetapi mata uang Libra tadi. Pak Gilbert tinggal tranfer ke no WA kasir toko sebanyak harga Libra barang yang dibeli.

Toko tidak memerlukan mesin atau aplikasi khusus gopay, dana, atau kredivo seperti yang kita lihat di toko-toko manapun. Karena semua menggunakan WA atau FB Massanger. Selanjutnya Calibra akan langsung membayar ke toko melalui agensi visa atau paypall tadi.

Pak Gilbert pun bisa bikin perusahaan di negara lain menggunakan e-citizen. Dan membayar pajak penghasilan di negara itu. Lalu Pak Gilbert, bayar belanjaan di Indonesia menggunakan uang nya dari negara lain itu.

Melihat kondisi diatas, apakah bank lokal tidak akan terpakai? Karena semua bank asing atau lembaga pembiayaaan asing bisa merambah semua negara dengan teknologi Libra dengan menawarkan kemudahan, diskon, promosi, dan seterusnya.

Bagaimana dengan Pajak ? Pak gilbert tidak tercatat ada penghasilan di Indonesia. Walaupun tinggal di Indonesia..Pak gilbert juga tidak punya rekening Bank di Indonesia.

Apakah kita siap dengan fenomena tersebut? Sementara negara kita sedang sibuk membuat regulasi untuk penggunaan e-commerce dan fintech, ternyata orang lain sudah menjalankan hal baru lagi.

Saatnya kita berfikir lebih jauh. Melakukan inovasi loncatan katak terhadap system dan transaksi keuangan warganet (Offensive). Jangan hanya membuat aturan untuk mengendalikan perubahan (defensive), nanti ketinggalan terus.

Oleh: Rudi Maulana (Chief of Innovation Proxsis)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Whoops, you're not connected to Mailchimp. You need to enter a valid Mailchimp API key.

Inquiry