Tantangan Pekerja dan Perusahaan di Masa Depan

Tantangan Pekerja Perusahaan di Masa Depan

Apa tantangan terbesar dalam mengenali keahlian/kepakaran yang terkait dengan pekerjaan di masa depan?. Tantangan terbesar bukanlah dari cara memahami , mengenali atau belajar tentang teknologi baru. Itu dengan mudah bisa dipelajari. Kalau bukan itu lantas apa?

Inilah tantangan terbesar bagi pekerja atau manusia saat ini, yaitu ketidakmampuan diri kita untuk mengenal atau mengidentifikasi bahwa pengalaman atau keahlian yang kita miliki saat ini bukanlah pengalaman atau keahlian yang dibutuhkan untuk melangkah maju ke masa depan..ya itulah problem besar yang harusnya dikenal !

Meningkatnya ekonomi dan bisnis digital, menyebabkan perlunya pemahaman dan keahlian yang berbeda dengan yang dimiliki pekerja sekarang. Artinya, karyawan sekarang memiliki keahlian untuk menjalankan pekerjaan di masa lalu daripada yang dibutuhkan untuk posisi baru di masa depan.

Hasil riset di Amerika, sebagaimana dilaporkan James Bessen, ekonom dari Boston University menyebutkan bahwa tahun lalu ada sekitar 35% dari 38.000 perusahaan penyedia kerja, melaporkan kesulitan memenuhi posisi yang mereka sediakan, karena kurangnya bakat atau talenta di pasar. Artinya selisih gap yang ada sangat besar antara kebutuhan dan supply tenaga kerja.

Lantas kira-kira apa akar masalah ini?

Pertama bisa terjadi karena karyawan atau pekerja sekarang mempelajari keahlian yang hanya mendukung sasaran dan bisnis model masa lalu. Tidak untuk bisnis model atau tujuan masa depan. Padahal di masa depan, pekerja haruslah memahami kecenderungan bisnis dan arah strategi model bisnis, menilai kekuatan dan kelemahan kompetensi mereka apakah bisa sesuai dengan kecenderungan model bisnis masa depan.

Kedua karena terjadinya proses otomasi di kalangan bisnis, industri atau manufaktur. Otomasi, robotika, smart-adaptive machine adalah sesuatu yang tidak buruk. Otomatisasi tidak bisa dihindari. Namun, dengan kecerdasan dan kemampuan pembelajaran digital mampu membuat karyawan untuk mempelajari keterampilan dan kemampuan baru dimana mesin atau otomasi tidak bisa lakukan saat ini. Pengembangan teknologi otomasi, robotika, mekatronika maupun smart-machines seperti ajang teknologi DRC dari DARPA seharusnya sudah membuat berpikir insan pekerja maupun perusahaan sekarang.

Ketiga adalah melejitnya revolusi dunia media melalui layanan sosial media, over the top content, inovasi pengganggu disruptive secara cepat, yang membuat layanan konvensional tampak kuno dan tidak diminati oleh pengguna. Contoh kasus pada tulisan palsu vs asli memperlihatkan era berbeda dan bisa mematikan pelaku bisnis konvensional, jika tidak jeli menangkap peluang dan kesempatan di era digital content.

Ini bukanlah masalah SDM atau bagian HR semata. Namun seharusnya menjadi masalah sekaligus peluang di level pimpinan perusahaan untuk memimpin dan membina organisasi terkait kesenjangan keahlian di era masa depan, yang tidak bisa hanya diselesaikan melalui taktik manajemen konvensional.

Training, pendidikan, dukungan, dan penghargaan terhadap insan yang tepat bisa membantu mengatasi kesenjangan keahlian untuk masa depan.

Yang terpenting adalah, bagaimana menempatkan strategi transformasi digital yang mampu menutup kesenjangan sekarang dan juga menetapkan arah untuk bersaing di masa depan. Melalui penyiapan strategi, smart-structure capability , budaya, maupun kompetensi tepat di masa depan.

Sumber : ilmusdm.wordpress.com

Whoops, you're not connected to Mailchimp. You need to enter a valid Mailchimp API key.

Inquiry