Insights
Serah Terima Sertifikat ISO 23301:2019 Bcms Pt Pertamina (Persero) Dengan Support Dari Proxsis Consulting

PT Pertamina (Persero) menerima sertifikat ISO 22301:2019 tentang Sistem Manajemen Keberlanjutan Bisnis dari PT British Standard Institution (BSI) Indonesia.Sertifikat ISO 22301:2019 itu diterima oleh PT Pertamina (Persero) pada 10 Oktober 2022 lalu, dengan dibantu juga bersama pendamping konsultansi bisnis dari Proxsis Consulting.

Penyerahan sertifikat ISO 22301:2019 untuk PT Pertamina (Persero) tersebut dilakukan di The Westin Jakarta, dihadiri juga oleh Co-Founder PT Proxsis & Company, Roni S. Sutrisno dan Senior Commercial Director PT BSI Group Indonesia, Nolia Natalia.Selain itu, penyerahan tersebut juga dihadiri oleh Senior Vice President Enterprise Risk Management PT Pertamina (Persero), SjaHRil Rachmad Atas.Pada agenda penyerahan di The Westin Jakarta tersebut, acara dibuka langsung oleh Co-Founder PT Proxsis & Company, Roni S Sutrisno. Sekaligus memberikan kata pengantar pembukaan.

Lalu, selanjutnya berlangsung acara penyerahan sertifikat yang diberikan oleh Senior Commercial Director PT BSI Group Indonesia, Nolia Natalia kepada Senior Vice President Enterprise Risk Management PT Pertamina (Persero), SjaHRil Rachmad.Diketahui, sertifikat ISO 22301:2019 tersebut berguna sebagai standar Business Continuity Management System (BCMS). Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam proses recovery akibat terjadi disruptive incident.BCMS tersebut berperan sangat penting untuk menentukan strategi dan prosedur, agar aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan normal akibat disruptive incident.Selain itu, dengan adanya sertifikat ISO 22301:2019, BCMS ini juga mampu untuk menilai kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban dan kapabilitas bisnisnya.Bahkan, di masa sekarang yang sering terjadi keadaan darurat seperti force majeure itu, serangan cyber dan pandemi yang panjang, mampu juga diatasinya.