Bisnis dan Investasi: Strategi Bertahan ditengah Pandemi

Indonesia telah mengkonfirmasi adanya pandemi covid-19 sejak bulan maret lalu. Kasus tersebut diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan di Istana Kepresidenan, Jakarta. Hingga saat ini hampir sembilan bulan kasus covid-19 berjalan di Indonesia belum ada berita tentang kasus yang menurun dan justru kian naik. Segala upaya telah digalakkan oleh pemerintah, aparat keamanan, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan warga sipil lainnya untuk selalu disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan dengan baik.

Pandemi yang terjadi di Bumi Pertiwi ini tentu berdampak di berbagai sektor, terutama dalam sektor kesehatan yang menjalar ke sektor perekonomian. Implikasi dari dampak ini tidak hanya dirasakan secara domestik, namun juga terjadi secara global. Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak pandemi covid-19 seperti sekarang ini membuat banyak pihak berperan untuk mengatasinya. Adanya pandemi ini sangat mempengaruhi roda perekonomian nasional apalagi pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan platform #dirumahaja membuat banyak pihak harus beradaptasi dengan kehidupan baru. Selain diimbau untuk tetap di rumah, pemerintah juga memberikan kebijakan untuk bekerja di rumah, ibadah di rumah, dan belajar dari rumah.

Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah memang tidak bisa menyenangkan kepada semua orang, seperti halnya dua sisi mata pisau dan tentu akan menimbulkan dampak ke berbagai pihak, baik positif ataupun negatif. Dilihat dari dampak positifnya tentu pemerintah ingin mencegah timbulnya keramaian sebab semua aktifitas dilakukan di rumah saja. Dan dilihat dari dampak negatifnya yaitu lumpuhnya kegiatan perekonomian, banyak perusahaan yang memecat karyawannya, toko yang merugi, pengangguran meningkat dan begitu seterusnya. Oleh karena itu, sikap yang bijak untuk menghadapi permasalahan ini ialah harus bisa bertahan hidup dengan cara berbisnis dan berinvestasi.

Bisnis kecil-kecilan dinilai sangat relevan untuk menangkal gejolak permasalan perekonomian saat ini, terutama dari masyarakat kalangan bawah. Bisnis dengan modal yang ringan namun dikemas dengan strategi yang modern lebih mempermudah pemasaran dimasa pandemi. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar bisa bertahan selama masa pandemi covid-19 ini belum berakhir ;

  1. Produk yang dijual sesuai dengan kebutuhan masyarakat saatpandemi berlangsung. Suatu usaha akan bisa improvisasi jika mereka bisa mempertahankan kegiatan jual beli. Kebutuhan primer akan terus menjadi kebutuhan primer, dan belum tentu yang dulunya kebutuhan sekunder akan terus menjadi kebutuhan sekunder. Seperti contoh yang terjadi saat ini ialah masker, desinfektan, hand sanitizer dan lain-lain. Terkadang tidak hanya kebutuhan utama saja yang dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi kebutuhan substansi.
  2. Memanfaatkan kecanggihan media teknologi informasi sebagai promosi. Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat semua hal menjadi mudah. Pelaku usaha bisa memanfaatkan canggihnya teknologi untuk mempromosikan produk mereka. Selain lebih menghemat waktu dan tenaga dari pihak penjual dan pembeli, sistem ini juga bagus untuk mengurasi risiko penyebaran virus.
  3. Membuka layanan pesan antar. Semua masyarakat diimbau untuk menaati peraturan pemerintah untuk menekan kasus penyebaran kasus virus covid-19 untuk dirumah saja. Dengan adanya layanan pesan antar ini tidak hanya membuat pelaku usaha bisa bertahan saat pandemi dan juga ikut serta menaati kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan mencegah timbulnya pertemuan setiap orang.
  4. bisa menjadi salah satu penyebab tersebarnya virus covid-19. Sistem pembayaran elektronik tentu bisa menjadi cara pelaku usaha dalam bertransaksi. Selain lebih efisien tanpa harus memberikan uang kembalian, cara ini juga meminimalisir kerumunan.

Selain melakukan bisnis, ada strategi lain yang menjadi solusi untuk bisa bertahan dikala  pandemi, yaitu investasi. Investasi merupakan seni mengelola uang, banyak orang menilai bahwa yang hanya bisa melakukan investasi adalah dari kalangan menengah keatas padahal sejatinya investasi dapat dilakukan walaupun hanya bermodal sedikit. Ada beberapa jenis investasi yang bermodal sedikit dengan profil risiko ringan-sedang ;

  1. Reksadana

Berdasarkan pengertian dari Bursa Efek Indonesia, reksadana adalah suatu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari pemodal (masyarakat) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Reksadana merupakan salah satu instrumen investasi yang banyak dilirik oleh banyak orang. Tak hanya mereka yang sudah melek investasi, investor awampun mulai terjun.

Banyak keunggulan dari instrumen investasi direksadana ini karena modal awal yang dikeluarkan begitu murah dan disisi lain uang yang diinvestasikan akan dikelola oleh manajer investasi yang sudah ahli dibidangnya.

  1. Emas Batangan

Selain investasi di reksadana, emas batangan juga menjadi opsi aman untuk berinvestasi. Ada beberapa alasan mengapa emas bisa menjadi opsi untuk berinvestasi. Pertama, emas sangat aman dan tidak mempan terhadap inflasi. Kedua, nilai emas cenderung naik dari tahun ke tahun. Ketiga, emas bersifat likuid atau mudah dicairkan. Keempat, pembeliannyapun sekarang sudah bisa dicicil, sehingga dengan uang kecilpun sudah dapat membeli emas.

  1. Obligasi Negara Ritel

Dalam proses pembangunan negara, pemerintah membutuhkan dana tambahan untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sehingga pemerintah menerbitkan Surat berharga Negara (SBN) sebagai surat utang dana yang berasal dari masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas merupakan beberapa strategi yang dapat diterapkan dikala perokonomian bangsa sedang carut-marut. Berbisnis dan berinvestasi merupakan dua kunci untuk dapat bertahan dikala pandemi. Cerdas finansial merupakan langkah awal untuk bangkit dari keterpurukan. Kita pasti bisa melewati ujian ini.

Penulis: Wahyu Dwi Yulianto

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Whoops, you're not connected to Mailchimp. You need to enter a valid Mailchimp API key.

Inquiry